Situs kami

Selasa, 20 Desember 2011

sifat wudhu Nabi

“Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasululloh SAW bersabda:”Maukah aku tunjukkan padamu hal2 dengan mana Allah menghapuskan dosa2mu serta mengangkat derajatmu?” “Mau ya Rasululloh”,ujar mereka. “Menyempurnakan wudlu menghadapi segala kesusahan, dan sering melangkah mengunjungi masjid, serta menunggu sholat demi sholat. Nah, itulah dia perjuangan, perjuangan, sekali lagi perjuangan!” (Riwayat Malik, Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i)
Dalam ketikkan kali ini, aq coba bawakan tema tentang sifat wudhu’ nabi shallallahu’alayhi wa sallam, yang ternyata setelah diketahui dengan jelas oleh aq, masih banyak kesalahan2 berwudhu’ dari yang pernah aq dapati di sekolah ataupun majlis ilmu di masyarakat umumnya dan bukan tidak mungkin teman-temanpun mengalami hal yang sama denganku . . . .
SIFAT WUDHU’ NABI
Shallallahu ‘alayhi wa Salam
Sebelum membahas tentang kaifiyat / tata caranya, akan afdhol bila kita mengerti pengertian wudhu’.
Secara syari’at wudhu’ ialah menggunakan air yang suci untuk mencuci anggota-anggota tertentu yang sudah diterangkan dan disyari’at kan Allah swt. Allah memerintahkan:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melakukan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan , kedua mata-kaki” (Al-Maaidah:6).
Telah disebutkan di muqaddimah, bahwa wudhu’ merupakan syarat sahnya sholat, sedangkan sholat adalah salah satu dari 3 rukun Islam yang sangat2 ditekankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam sampai-sampai beliau akan terus memerangi manusia hingga mereka mengerjakan yang 3 hal itu . . . (silakan dibaca di bagian hadits arba’in ke 8 di sini) dan wudhu’ merupakan syarat dari salah satunya, yaitu shalat. Sebagaimana hadits berikut :
“Allah tidak akan menerima shalat seseorang sebelum ia berwudhu’ “(Shahih, Riwayat Bukhari di Fathul Baari, I/206; Muslim, no.255 dan imam lainnya).
Rasulullah juga mengatakan bahwa wudhu’ merupakan kunci diterimanya shalat. (Shahih Riwayat. Abu Dawud, no. 60).
Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Barangsiapa berwudhu’ seperti yang dicontohkan Rasulullahshallallahu alayhi wa sallam, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, dan perjalanannya menuju masjid dan shalatnya sebagai tambahan pahala baginya” (Shahih Riwayat. Muslim, I/142, lihat Syarah Muslim, III/13).
Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda: “Barangsiapa menyempurnakan wudhu’nya, kemudian ia pergi mengerjakan shalat wajib bersama orang-orang dengan berjama’ah atau di masjid (berjama’ah), niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya” (Shahih Riwayat. Muslim, I//44, lihat Mukhtashar Shahih Muslim, no. 132).
Maka wajiblah bagi segenap kaum muslimin untuk mencontoh Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam dalam segala hal, lebih-lebih dalam berwudhu’. Adapun kaifiyat / tata cara wudhu’ sesuai dengan yang dibiasakan oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam yaitu :
1. Memulai wudhu’ dengan niat.
Niat artinya menyengaja dengan kesungguhan hati untuk mengerjakan wudhu’ karena melaksanakan perintah Allah swt dan mengikuti perintah Rasul-Nya shallallahu alayhi wa sallam.
Ibnu Taimiyah berkata: “Menurut kesepakatan para imam kaum muslimin, tempat niat itu di hati bukan lisan dalam semua masalah ibadah, baik bersuci, shalat, zakat, puasa, haji, memerdekakan budak, berjihad dan lainnya. Karena niat adalah kesengajaan dan kesungguhan dalam hati. (Majmu’atu ar-Rasaaili al-Kubra, I/243)
Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam menerangkan bahwa segala perbuatan tergantung kepada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan balasan menurut apa yang diniatkannya… (Shahih Riwayat. Bukhari dalam Fathul Baary, 1:9; Muslim, 6:48).

2. Tasmiyah (membaca bismillah)
Beliau memerintahkan membaca bismillah saat memulai wudhu’. Beliau bersabda:
Tidak sah/sempurna wudhu’ sesorang jika tidak menyebut nama Allah, (yakni bismillah) (Riwayat. Ibnu Majah, 339; Tirmidzi, 26; Abu Dawud, 101. Hadits ini Shahih, lihat Shahih Jami’u ash-Shaghir, no. 744).
Abu Bakar, Hasan Al-Bashri dan Ishak bin Raahawaih mewajibkan membaca bismillah saat berwudhu’. Pendapat ini diikuti pula oleh Imam Ahmad, Ibnu Qudamah serta imam-imam yang lain, dengan berpegang pada hadits dari Anas tentang perintah Rasulullah untuk membaca bismillah saat berwudhu’. Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda: “Berwudhu’lah kalian dengan membaca bismillah!” (Shahih Riwayat. Bukhari, I: 236, Muslim, 8: 441 dan Nasa’i, no. 78)
Dengan ucapan Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam”Berwudhu’lah kalian dengan membaca bismillah”maka wajiblah tasmiyah itu. Adapun bagi orang yang lupa hendaknya dia membaca bismillah ketika dia ingat. Wallahu a’lam.

3. Mencuci kedua telapak tangan
Bahwa Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam mencuci kedua telapak tangan saat berwudhu’ sebanyak tiga kali. Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam juga membolehkan mengambil air dari bejana dengan telapak tangan lalu mencuci kedua telapak tangan itu. Tetapi Rasulullah melarang bagi orang yang bangan tidur mencelupkan tangannya ke dalam bejana kecuali setelah mencucinya. (Riwayat. Bukhari-Muslim)

4. Berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung
Yaitu mengambil air sepenuh telapak tangan kanan lalu memasukkan air kedalam hidung dengan cara menghirupnya dengan sekali nafas sampai air itu masuk ke dalam hidung yang paling ujung, kemudian menyemburkannya dengan cara memencet hidung dengan tangan kiri. Beliau melakukan perbuatan ini dengan tiga kali cidukan air. (Riwayat. Bukhari-Muslim. Abu Dawud no. 140)
Imam Nawawi berkata: “Dalam hadits ini ada penunjukkan yang jelas bagi pendapat yang shahih dan terpilih, yaitu bahwasanya berkumur dengan menghirup air ke hidung dari tiga cidukan dan setiap cidukan ia berkumur dan menghirup air ke hidung, adalah sunnah.” (Syarah Muslim, 3/122).
Demikian pula Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam menganjurkan untuk bersungguh-sungguh menghirup air ke hidung, kecuali dalam keadaan berpuasa, berdasarkan hadits Laqith bin Shabrah. (Riwayat. Abu Dawud, no. 142; Tirmidzi, no. 38, Nasa’i )

5. Membasuh muka sambil menyela-nyela jenggot.
Yakni mengalirkan air keseluruh bagian muka. Batas muka itu adalah dari tumbuhnya rambut di kening sampai jenggot dan dagu, dan kedua pipi hingga pinggir telinga. Sedangkan Allah memerintahkan kita:
Dan basuhlah muka-muka kamu.” (Al-Maidah: 6)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Humran bin Abaan, bahwa cara Nabi shallallahu alayhi wa sallammembasuh mukanya saat wudhu’ sebanyak tiga kali”. (Riwayat Bukhari, I/48), Fathul Bari, I/259. no.159 dan Muslim I/14)
Setalah Nabi shallallahu alayhi wa sallam membasuh mukanya beliau mengambil seciduk air lagi (di telapak tangan), kemudian dimasukkannya ke bawah dagunya, lalu ia menyela-nyela jenggotnya, dan beliau bersabda bahwa hal tersebut diperintahkan oleh Allah swt. (Riwayat. Tirmidzi no.31, Abu Dawud, no. 145; Baihaqi, I/154 danHakim, I/149, Shahih Jaami’u ash-Shaghir no. 4572).
6. Membasuh kedua tangan sampai siku
Menyiram air pada tangan sampai membasahi kedua siku, Allah swt berfirman:
Dan bashlah tangan-tanganmu sampai siku” (Al-Maaidah: 6)
Rasulullah membasuh tangannya yang kanan sampai melewati sikunya, dilakukan tiga kali, dan yang kiri demikian pula, Rasulullah mengalirkan air dari sikunya (Bukhari-Muslim, Riwayat. Daraquthni, I/15, Baihaqi, I/56)
Rasulullah juga menyarankan agar melebihkan basuhan air dari batas wudhu’ pada wajah, tangan dan kaki agar kecemerlangan bagian-bagian itu lebih panjang dan cemerlang pada hari kiamat (Riwayat. Muslim I/149)
7. Mengusap kepada, telinga dan sorban
Mengusap kepala, haruslah dibedakan dengan mengusap dahi atau sebagian kepala. Sebab Allah swt memerintahkan:
Dan usaplah kepala-kepala kalian…” (Al-Maidah: 6).
Rasulullah mencontohkan tentang caranya mengusap kepala, yaitu dengan kedua telapak tangannya yang telah dibasahkan dengan air, lalu ia menjalankan kedua tangannya mulai dari bagian depan kepalanya ke belakangnya tengkuknya kemudian mengambalikan lagi ke depan kepalanya(Shahih Riwayat. Bukhari, Muslim, no. 235 danTirmidzi no. 28 lih. Fathul Baari, I/251)
Setelah itu tanpa mengambil air baru Rasulullah langsung mengusap kedua telingannya. Dengan cara memasukkan jari telunjuk ke dalam telinga, kemudian ibu jari mengusap-usap kedua daun telinga. Karena Rasulullah bersabda: ”Dua telinga itu termasuk kepala.” (Shahih Riwayat. Tirmidzi, no. 37, Ibnu Majah, no. 442 dan 444, Abu Dawud no. 134 dan 135, Nasa’i no. 140)
Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits adh-Dha’ifah, no. 995 mengatakan: “Tidak terdapat di dalam sunnah (hadits-hadits nabi shallallahu alayhi wa sallam) yang mewajibkan mengambil air baru untuk mengusap dua telinga. Keduanya diusap dengan sisa air dari mengusap kepala berdasarkan hadits Rubayyi’:
Bahwasanya Nabi shallallahu alayhi wa sallam mengusap kepalanya dengan air sisa yang ada di tangannya.(Riwayat. Abu Dawud dan lainnya dengan sanad hasan)
Dalam mengusap kepala Rasulullah melakukannya satu kali, bukan dua kali dan bukan tiga kali. Berkata Ali bin Abi Thalib ra : “Aku melihat Nabi shallallahu alayhi wa sallam mengusap kepalanya satu kali. (lihat _Shahih Abu Dawud, no. 106). Kata Rubayyi bin Muawwidz: “Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu alayhi wa sallamberwudhu’, lalu ia mengusap kepalanya yaitu mengusap bagian depan dan belakang darinya, kedua pelipisnya, dan kedua telinganya satu kali.“ (Shahih Riwayat Tirmidzi, no. 34 dan Shahih Tirmidzi no. 31)
Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam juga mencontohkan bahwa bagi orang yang memakai sorban atau sepatu maka dibolehkan untuk tidak membukanya saat berwudhu’, cukup dengan menyapu diatasnya, (Shahih Riwayat. Bukhari dalam Fathul Baari I/266 dan selainnya) asal saja sorban dan sepatunya itu dipakai saat shalat, serta tidak bernajis.
Adapun peci/kopiah/songkok bukan termasuk sorban, sebagaimana dijelaskan oleh para Imam dan tidak boleh diusap diatasnya saat berwudhu’ seperti layaknya sorban. Alasannya karena:
1.      Peci/kopiah/songkok diluar kebiasaan dan juga tidak menutupi seluruh kepala.
2.      Tidak ada kesulitan bagi seseorang untuk melepaskannya.
Adapun Kerudung, jilbab bagi wanita, maka dibolehkan untuk mengusap diatasnya, karena Ummu Salamah (salah satu isteri Nabi) radhiyallahu ‘anha pernah mengusap jilbabnya, hal ini disebutkan oleh Ibnu Mundzir.(Lihat al-Mughni, I/312 atau I/383-384).
Jadi kepada ukhti, jika tempat tidak memungkinkan untuk melepas jilbab, maka berwudhu’lah dengan mengusapnya . . . hal ini lebih mengutamakan perintah Allah yang lainnya yang wajib atas ukhti, yaitu menjaga aurat . . .
8. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki
Allah swt berfirman: ”Dan basuhlah kaki-kakimu hingga dua mata kaki” (Al-Maidah: 6)
Rasulullah menyuruh umatnya agar berhati-hati dalam membasuh kaki, karena kaki yang tidak sempurna cara membasuhnya akan terkena ancaman neraka, sebagaimana beliau mengistilahkannya dengan tumit-tumit neraka. Beliau memerintahkan agar membasuh kaki sampai kena mata kaki bahkan beliau mencontohkan sampai membasahi betisnya. Beliau mendahulukan kaki kanan dibasuh hingga tiga kali kemudian kaki kiri juga demikian. Saat membasuh kaki Rasulullah menggosok-gosokan jari kelingkingnya pada sela-sela jari kaki.(Shahih Riwayat. Bukhari; Fathul Baari, I/232 dan Muslim, I/149, 3/128)
Imam Nawawi di dalam Syarh Muslim berkata. “Maksud Imam Muslim berdalil dari hadits ini menunjukkan wajibnya membasuh kedua kaki, serta tidak cukup jika dengan cara mengusap saja.”
Sedangkan pendapat menyela-nyela jari kaki dengan jari kelingking tidak ada keterangan di dalam hadits. Ini hanyalah pendapat dari Imam Ghazali karena ia mengqiyaskannya dengan istinja’.
Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda: “…barangsiapa diantara kalian yang sanggup, maka hendaklahnya ia memanjangkan kecermerlangan muka, dua tangan dan kakinya.” (Shahih Riwayat. Muslim, 1/149 atau Syarah Shahih Muslim no. 246)
9. Tertib
Semua tatacara wudhu’ tersebut dilakukan dengan tertib (berurutan) muwalat (menyegerakan dengan basuhan berikutnya) dan disunahkan tayaamun (mendahulukan yang kanan atas yang kiri) (Bukhari-Muslim)
Dalam penggunaan air hendaknya secukupnya dan tidak berlebihan, sebab Rasulullah pernah mengerjakan dengan sekali basuhan, dua kali basuhan atau tiga kali basuhan (Bukhari)
10. Berdoa
Yakni membaca do’a yang diajarkan Nabi shallallahu alayhi wa sallam:

“Asyhadu anlaa ilaa ha illalah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abdullahi wa rasuulahu. Allahummaj ‘alni minattawwabiina waja’alni minal mutathohhiriin (Riwayat. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah)
Dan ada beberapa bacaan lain yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu alayhi wa sallam.
Paling tidak, demikianlah yang pernah aq pelajari tentang shifat whudu’ Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam.
Wallahu a’lam . . .
Maraji’:
1.      Sifat Wudhu’ Nabi shallallahu alayhi wa sallam, Syaikh Fadh asy Syuwaib.
2.      At-Tadzkirah, Syaikh Ali Hasan al-Halabi al-Atsari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar